Kondisi Petani dan Pertanian di Indonesia
Mirisnya
Masyarakat Agraris
Seperti
yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara Agrasis, hal tersebut selalu di
bicarakan oleh banyak kalangan, baik guru kita waktu sekolah, dosen ataupun
banyak ilmuan yang membicarakan di media-media berupa media cetak, media
elektronik lewat berita dan acara lainnya. Namun tanpa kita sadari bahwa saat
ini di zaman modern yang katanya ber alas demokrasi justru pemeran utama dalam
negri ini yaitu petani sedang dalam kondisi menangis.
Mengapa
demikian? Jika memang benar negara kita ini adalah negara agraris, sudah
sewajarnya para petani di indonesia ini memiliki tingkat kesejahteraan yang
bisa di bilang cukup atau bahkan lebih. Namun fakta di lapangan berkata lain,
para petani di Indoesia memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang , ini bisa
dilihat di dalam data yang di keluarkan oleh BPS yang mengakatakan bahwa Nilai tukar petani (NTP) nasional pada
November 2016 berada di level 101,31 atau turun 0,40% dibanding NTP Oktober
2016. NTP adalah
rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar
petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah
satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani, dan merupakan
indikator proxy kesejahteraan petani.
Sekarang coba kita lihat kondisi para petani di
lapangan ketika saya melakukan wawancara kepada salah seorang petani di wilayah
Kabupaten Bandung yang bernama bapa Eman Sulaeman, beliau merupakan petani
lebih dari 30 tahun lamanya. Ketika saya tanya mengenai kondisi petani saat ini
beliau mengungkapkan bahwa “jadi petani saat ini perlu perjuangan, ketika harga
pupuk mahal namun ketika pas di jual harganya murah, beda dengan zaman dulu
jadi petani bisa menyolahkan anak sampai sarjana”.
Dengan kondisi demikian banyak petani yang
mulai berganti profesi menjadi buruh pabrik ataupun buruh bangunan dan tidak
sedikit yang menjual lahan pertaniannya untuk di jadikan modal usaha
selanjutnya yang lebih baik di bandingkan dengan bertani. Apabila kondisi ini
terus berlanjut maka yang jadi korban adalah pertanian indonesia, dan bisa-bisa
ketahanan pangan menjadi korban, lebih jauh lagi indonesia bisa terancam
kelaparan karena bahan makanan tidak mencukupi atau bahkan tidak tersedia. Jangka
pendeknya profesi petani terancam dan terus berkurang jumlahnya.
Menanggapi masalah terancamnya profesi petani
ini sungguh sangat di sayangkan, memang di pemerintahan sekarang ini mulai
memperhatikan kondisi dan nasib para petani contohnya dengan pemberian traktor
gratis dan pupuk gratis untuk petani, namun itu tidak bisa merubah
kesejahteraan petani, karena untuk mendapatkan traktor dan pupuk gratis itu pun
tidak mudah sehingga tidak bisa di rasakan oleh banyak petani yang berimbas
pada tingkat kesejahteraan yang masih di bawah, negara yang di katakan agraris
ini namun profesi utamanya yaitu petani bukan merupakan profesi yang di sukai,
mengapa? Karena melihat pengasilan dari bidang pertanian itu di rasa kurang
terlebih penghasilan yang kurang itupun dalam kondisi tidak pasti karena belum
tentu tanaman yang kita tanam itu dapat di petik hasilnya atau dengan kata lain
gagal panen, gagal panen ini bisa terjadi akibat banyak faktor, mulai dari
cuaca, bencana, ataupun hama bahkan pasokan air yang kurang yang berujung
kekeringan baik jangka pendek, menengah ataupun panjang. Jadi bisa dikatakan
menjadi petani berarti kita siap untuk berjudi. Nah bagaimana profesi petani
ini menjadi profesi yang menjajikan jika kondisi di lapangan pun demikian.
Tahun 2030 nanti Indonesia ini mendapatkan
bonus demografi, yang di mana masa usia produktif melebihi masa usia non
produktif untuk singkatnya, apabila masyarakat indonesia utamanya pemerintah
dapat memanfaatkan momentum ini di tahun 2030 mendatang kita siap menyambut
indonesia maju. Untuk menyambut momentum ini ambil saja contoh Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dengan programnya 1000 wirausahawan, dengan harapan 1000
wirausahawan ini dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat lain. Namun tanpa
di sadari di lain pihak kita semua semakin kehilangan sosok petani,saya melakukan survey di salasatu desa yang mayoritas penduduknya bermata penceharian sebagai petani, 9 dari 10 anak petani tidak memiliki keahlian dan tidak berminat menjadi petani, alasan mereka hanya satu tidak terjaminnya kesejahteraan petani akibat dari penghasilan yang tidak pasti dalam bertani, lantas
siapa yang akan menghasilkan bahan makanan untuk kita dan apa yang akan kita
makan nanti, lalu kita kembali mengemis kepada pemerintah untuk menginmpor
bahan pangan dari luar karena produktifitas pertanian di indonesia kurang.
Berbicara mengenai produktifitas pertanian
bukan berbicara mengenai jumlah, serta sistem dan inovasi bahkan berbicara
mengenai ektensifikasi, intensifikasi,dan diversifikasi lahan saja, tapi
berbicara mengenai pemeran utamanya (Petani). Bagaimana
progam-program pemerintah yang di buat ataupun cara-cara yang di berikan oleh
para ilmuan ini bisa di laksanakan dan berjalan dengan sukses menangani produktifitas
pertanian, apabila petaninya tidak di perhatikan. Bisa di bilang percuma bila
kita membuat suatu inovasi pertanian namun ketika akan di aplikasikan petaninya
tidak ada karena sudah beralih profesi bahkan lahannya pun tidak ada karena
sudah ber alih menjadi deretan pabrik ataupun perumahan.
Maka dari itu permasalahan ini perlu di temuka
suatu cara yang sangat efisien untuk mensejahterakan petani yang pada nantinya
pertanian indonesia ini semakin maju, dan indonesia kembali menjadi macan Asia
juga sebutan sebagai negara agraris ini memang benar adanya. Maka dari itu saya
memiliki bebera saran yang bisa di lakukan oleh pemerintah serta masyarakat.
1.
Pemerintah
membuat standar minimal harga hasil pertanian, dan ketika harga di lapangan di
bawah harga minimal maka pemerintah wajib membeli seluruh hasil pertanian
tersebut. Hal ini untuk menanggulangi kondisi di mana petani mengeluarkan modal
yang besar untuk pupuk sementara ketika menjual harga murah al hasil mereka
tidak mendapatkan laba untuk melanjutkan tali kehidupan mereka bahakan tidak
memiliki modal untuk bertani kembali.
2.
Sama Petani
dengan PNS bisa berupa gajih tetap atau hal tersebut di rasa tidak memungkinkan
berikan tunjangan kesehatan dan pendidikan bagi anak petani, semisal bagi
setiap petani biyaya kesehatan di tanggung pemerintah dengan kata lain gratis
dan bagi setiap anak dari petani biyaya pendidikan sampai bangku peruguruan
tinggi di tanggung. Hal yang kedua ini di rasa lebih mudah karena tinggal
memasukan kedalam beberapa kebijakan dalam pemerintahan misal saja program
bidik misi dalam pendidikan di perguruan tinggi, tinggal di terapkan dan di
pastikan saja kondisi anak petani ini otomatis lolos program bidik misi. Hal ini
tentu akan meningkatkan motifasi dalam bertani pada nantinya.
3.
Dalam masyarakat
mulailah pandang profesi petani ini menjadi suatu profesi yang penting dan
mulai hargai jasa para petani, apabila para petani ini di kucilkan dan para
petani mulai beralih profesi masyarakat atau kalian ini mau makan apa?
Kesimpulannya berbicara mengenai kondisi
pertanian di indonesia bisa di katakan memang masih belum baik. Lantas mengapa
hal itu bisa terjadi, padahal indonesia ini adalah negara agraris, negara
agraris yang tiap tahunnya melakukan impor bahan pangan dan kehilangan lahan
akibat alih fungsi lahan menjadi pabrik dan perumahan. Faktor utamanya ada di
petani itu sendiri, petani yang tidak menemukan kesejahteraan ketika mereka
bertani maka lahan yang di miliki indonesia yang begitu luas pun tidak bisa di
manfaatkan karena tidak adanya petani akibat dari petani yang beralih profesi
dan menjual lahan yang di milikinnya dengan tujuan mencari kesejahteraan yang
sangat di dambakan itu. Minimalnya dia sekedar membuka warung di depan rumah
yang pengahasilannya lebih di bandingkan ketika dia menjadi petani. Ketika profesi
ini mulai di tinggalkan masyarakat, lantas kedepannya siapa yang akan menabur
bibit-bibit unggulan yang di hasilkan ilmuan di lahan yang kata orang tanah
surga, tongkat dan batu pun jadi tanaman.
Solusinya tinggal keberpihakan, keberpihakkan pemerintah memberikan
kesejateraan bagi tiap petani. Salah satunya bisa dengan pemberian kesehatan
gratis bagi petani dan kepastian pendidikan sampai bangku perguruan tinggi bagi
petani.
Comments
Post a Comment